Tuesday, June 19, 2012

Internet dan Pembelajaran (Bagian 2)
Oleh Khairil Azhar

Internet dan Digital Learners
                Terkait dengan pemanfaatan internet untuk pembelajaran, kita menggunakan istilah digital learners untuk mengacu pada tipe ideal siswa yang betul-betul memanfaatkan internet untuk belajar. 

               J.S. Brown (2009) seperti pada skema di atas pertama-tama menyatakan bahwa telah terjadi pergeseran dari konsep pembelajaran yang semata-mata demi kemampuan untuk memahami teks (text-literacy) menjadi pembelajaran untuk memahami teks beserta image dalam bentuk screen language (tampilan-tampilan yang muncul di layar komputer) dan pada akhirnya melakukan navigasi informasi. Pada gilirannya, digital learners juga tidak hanya harus mampu memahami secara pasif tetapi juga mesti memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan mengekspresikan diri dalam images (baik yang diam maupun yang bergerak), suara, dan media lainnya.
                Dimensi kedua yang mesti disikapi adalah pergeseran pembelajaran berbasis otoritas menjadi pembelajaran yang berbasis penemuan (discovery) dan pengalaman (experiential). Para siswa yang masuk dalam kategori digital learners sudah terbiasa dengan penemuan hal-hal baru ketika mereka melakukan browsing di situs-situs internet. Dalam pada itu, kegiatan ber-internet mereka, selain sebagai proses belajar hal-hal baru, juga sekaligus memiliki hiburan (entertainment) yang menyenangkan dan menantang. Bandingkan lagi umpamanya dengan proses belajar teacher-centered di dalam kelas yang pasif dan “bikin” ngantuk.
                Dimensi ketiga terkait dengan penalaran (reasoning) yang dalam pembelajaran konvensional cenderung bersifat deduktif atau linear (satu arah) yang bergeser ke arah apa yang disebut sebagai penalaran yang lateral (bercabang) dan bricolege, berbagai kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan sesuatu (seperti tool, kode open source, gambar, music, atau teks) yang bisa digunakan untuk membuat sesuatu yang baru. Dengan sendirinya, digital learners terbiasa untuk kreatif dan tidak percaya begitu saja dengan ide tertentu yang dikemukakan guru. Mereka cenderung atau malah terbiasa untuk mencari alternatif.
                Dimensi keempat, kata Brown, jika sebelumnya dalam sistem konvensional siswa-tidak- tahu cenderung takut untuk mencoba, digital learners sebaliknya berani mencoba sesuatu tanpa membaca manual atau mengikuti kursus tertentu. Belajar bagi mereka langsung dengan adanya tindakan yang juga langsung di tempat yang sama (in situ), yakni di internet. Belajar itu berupa tindakan kongkrit dan tidak abstrak dalam bentuk penilaian dan eksplorasi. 
                Sedangkan perbandingan antara gaya belajar digital learners dengan para guru konvensional secara lebih detil dapat dilihat sebagai berikut:

 
 Gambar 5: Perbandingan Gaya Belajar dengan Gaya Mengajar Guru Konvensional
(Sumber: www.21stcenturyfluency.com)

Terkait dengan penyesuaian strategi mengajar guru dengan gaya belajar siswa, penggunaan media internet, yang termasuk dalam electronic media, dapat dilihat dalam table berikutnya. Dalam table ini secara rinci dibuat perbandingan antara gaya belajar yang paling umum dikenal dalam dunia pendidikan dengan berbagai jenis media pembelajaran elektronik yang juga sudah biasa digunakan bahkan di kelas-kelas di Indonesia.
 
 Gambar 6: Gaya Mengajar dan Gaya Belajar Terkait Media Elektronik
(Sumber: A.L. Franzoni & Said Assar, 2009)

Internet dan E-Learning
Berdasarkan berbagai definisi tentang e-learning, secara sederhana e-learning bisa diartikan sebagai: (1) pembelajaran dengan menggunakan internet sebagai media untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi atau bimbingan: (2) pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui internet; (3) menggunakan internet sebagai sumber data dan informasi dalam pembelajaran; dan (4) internet sebagai media pembelajaran dan untuk belajar.
  Terkait dengan poin pertama dan kedua, peran internet lebih sebagai media yang pasif, semata-mata alat yang menghubungkan seorang pengajar dengan muridnya untuk mengajar dan belajar. Dengan kata lain, seorang guru mengajar seperti halnya dia mengajar di kelas konvensional, dengan pola linear teacher-student ditambah dengan modul atau buku yang sudah disiapkan sebelumnya. Dalam hal ini, unsur inovasi hanya terkait dengan dimungkinkannya belajar meskipun adanya jarak yang jauh.
Poin ketiga pada dasarnya lebih kreatif. Internet dengan situs-situsnya yang sangat beragam dan kaya data informasi digunakan sebagai sumber untuk pembelajaran. Guru dan siswa secara langsung menggunakan internet untuk mencari data dan informasi yang dibutuhkan untuk membangun pengetahuan sesuai dengan subyek yang tengah dipelajari.

 
 Gambar 7: Pembelajaran Satu Arah Dengan Internet

Sedangkan poin keempat merupakan pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran pada tingkat yang paling aktif. Dalam konsep yang paling terkini, hal ini disebut sebagai participatory learning yang diartikan sebagai model pembelajaran yang mencakup berbagai cara yang digunakan para siswa dengan adanya teknologi baru untuk berpartisipasi dalam berbagai komunitas virtual di mana mereka berbagi gagasan, berkomentar tentang proyek mereka satu sama lain, merencanakan, mendesain, mengimplementasikan, mengembangkan atau sekadar mendiskusikan latihan, tujuan dan gagasan mereka secara bersama-sama (C.N. Davidson & David Theo Goldberg, 2009).
Dalam bahasa yang lebih umum, pembelajaran ini disebut juga sebagai online learning, yakni dengan memanfaatkan teknologi internet untuk bekerjasama (cooperation), bekerja bersama-sama seperti dengan membuat proyek (collaboration), dan berkomunikasi (Patrick J. Fahy, 2008).
Kerjasama, kolaborasi dan komunikasi antar siswa ini juga tidak hanya antara siswa dalam satu sekolah tetapi juga kolaborasi antara siswa dari berbagai belahan dunia yang boleh jadi tidak saling kenal secara langsung. Mereka dipertemukan oleh persamaan-persamaan sehingga kolaborasi dalam satu proyek, misalnya, bisa dilakukan. Hal ini sama mudahnya dipahami seperti kita chatting dengan orang yang tidak pernah kita kenal tetapi berkomunikasi via email, Facebook atau media lainnya.
 
 Gambar 8: Pembelajaran Internet untuk Pembelajaran Kolaboratif

Bagi guru, tentu saja, participatory learning juga berarti kesempatan untuk memanfaatkan internet sebagai media untuk aktualisasi dan pengembangan diri, tidak hanya dalam rangka memudahkan pekerjaan semata.
Dalam konsep terbaru yang dikembangkan Dekominfo, konsep semacam participatory learning ini dirancang tidak hanya antar siswa tetapi juga dengan berbagai komunitas yang terkait dengan kependidikan seperti terlihat dalam gambar berikut. 

 
 Gambar 9: Pembelajaran dengan “Jaringan Pintar” Internet
               
Secara lebih detil, penggunaan internet sebagai media pembelajaran meliputi kompetensi:
 
 
Jika kita mengakses situs yang memberikan fasilitas e-learning terdapat beberapa fitur yang langsung bisa digunakan:
1.       Informasi tentang unit-unit terkait dalam proses belajar mengajar, seperti tujuan dan sasaran pembelajaran, silabus, metode pengajaran, jadwal, tugas, jadwal ujian, daftar referensi atau bahan bacaan, serta profil dan kontak pengajar.
2.       Akses ke sumber referensi seperti modul, catatan, bahan presentasi, contoh ujian, FAQ, sumber referensi, situs terkait, atau artikel online. 
3.       Komunikasi kelas seperti forum diskusi online, mailing-list peserta diskusi, informasi perubahan jadwal, tugas dan sebagainya.
4.       Sarana untuk kerja kelompok seperti sharing file dan direktori serta sarana untuk diskusi dalam mengerjakan tugas kelompok.
5.       Sistem ujian online dan pengumpulan feedback.

Kesimpulan: Kelebihan dan Kekurangan Internet dalam E-learning
                Secara umum, manfaat atau keunggulan internet dalam e-learning dalam konteks Indonesia (karena perkembangan penggunaan media internet untuk pembelajaran tidak se-massif seperti yang dilakukan di Negara-negara maju) adalah:
1.       Dengan dimungkinkannya e-moderating, seperti dalam distance learning, guru dan siswa dapat berkomunikasi secara langsung meski dibatasi jarak. 
2.       Penjadwalan, strukturisasi pembelajaran, bahan ajar dan sebagainya lebih mudah dilakukan karena fungsi multimedia dari internet.
3.       Komputer memudahkan penyimpanan materi pembelajaran dan lainnya serta computer yang handy seperti laptop mudah dibawa.
4.       Akses internet memudahkan guru dan siswa untuk pengayaan bahan pelajaran, menggali informasi lebih dalam dan sebagainya.
5.       Sepetrti distance learning, pembelajaran melalui internet dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak.
6.       Guru atau siswa yang terlibat dalam pembelajaran menggunakan internet menjadi aktif, terutama terkait dengan penggunaannya sebagai media komunikasi dan sumber informasi.
7.       Internet memungkinkan efisiensi, tidak saja terkait biaya tetapi juga waktu dan tenaga. 
8.       Terkait dengan participatory learning, internet memungkinkan kolaborasi yang relatif tidak terbatas dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan kependidikan.

Namun demikian, pembelajaran menggunakan media internet seperti dalam e-learning memiliki beberapa kelemahan:
1.       Jika dibanding dengan pembelajaran konvensional, kedalaman dan intensitas interaksi antara guru dan siswa atau antar siswa dalam e-learning lebih kurang.
2.       Intensitas penggunaan internet memungkinkan adanya efek bagi siswa, umpamanya, untuk mengabaikan nilai-nilai akademik atau sosial.
3.       Karena sifat pembelajaran yang cenderung mekanis, proses pendidikan terkait dengan living values atau karakter lebih mudah terabaikan.
4.       Guru-guru dituntut untuk belajar tentang berbagai hal yang terkait dengan pembelajaran berbasis ICT, di mana dalam banyak kesempatan ini tidak mudah.
5.       Siswa dengan motivasi belajar yang rendah cenderung gagal.
6.       Dalam konteks Indonesia, keterbatasan fasilitas internet dan sarana pendukungnya masih menjadi kendala secara luas.  

Referensi
Davidson, C.N. & D.T. Goldberg, The Future of Learning Institutions in a Digital Age, Massachusetts: MIT, 2009
Fahy, Patrick J., “Characteristics of Interactive Online Learning Media”, dalam Theory and Practice of Online Learning, Edmonton (Canada): AU Press, 2008
Franzoni, A.L. & Assar, S., “Student Learning Style Adaptation Method based on Teaching Strategies and Electronic Media”, dalam Educational Technology & Society, 12 (4), p. 15-29
J.S. Brown, “Learning in the Digital Age”, dalam The Internet and the University, Forum for the Future of Higher Education and EDUCAUSE, 2002
Shah, Nishant &Fieke Jansen, Digital Alter-Natives, The Hague: Hivos, 2011

Internet
ardyprasetyo.wordpress.com
images.arrohwany.multiply.multiplycontent.com





No comments:

Post a Comment