Monday, June 11, 2012

Media Pembelajaran: Pengertian, Klasifikasi dan Pemilihan
Khairil Azhar & Mansur Sukya
Pengantar
“… Students will have access to multiple sources of instruction and use assessment and diagnostic tools to help direct the pace and format of their learning. Teachers will tailor their instruction and guidance to ensure progress and mastery for all students, with a focus on those who have historically been underserved. (Bill and Melinda Gates Foundation, “Next generation Learning”, 2010:2)

                Keprihatinan Bill Gates dan istrinya, Melinda, bermula dari kenyataan bahwa perkembangan pendidikan di Amerika Serikat ternyata tidak paralel dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di sana. Hampir 30 persen anak usia sekolah menengah atas ternyata tidak menyelesaikan pendidikannya. Hanya 42 persen mahasiswa yang berhasil menamatkan kuliahnya di tingkat strata 1. Bahkan di kalangan masyarakat berpendapatan rendah, hanya 26 persen yang berhasil meraih gelar sarjana.
                Solusi yang kemudian ditawarkan adalah “penggunaan teknologi secara cerdas untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif dan berbagai jalan pintas sehingga pendidikan bisa diikuti secara lebih ‘personalized’.
                Bill Gates, yang drop out dari perguruan tinggi dan memilih mengembangkan usaha dan berhasil dengan Microsoft-nya, dalam hal ini salah satunya hendak menyampaikan bahwa banyak hal terkait pembelajaran di sekolah ataupun perguuruan tinggi yang tidak inovatif, ketinggalan zaman, tidak sesuai kebutuhan dunia nyata, tidak menarik bagi siswa dan sebagainya.
                Itu sebabnya, dengan mengusung teknologi komunikasi dan informasi yang dikembangkan perusahaan seperti Microsoft, pembelajaran yang inovatif, lebih mudah dan menyenangkan, serta sesuai dengan situasi dan kondisi lebih banyak orang mutlak mesti dikembangkan. Bill and Melinda Gates Foundation kemudian mengucurkan jutaan dolar untuk hal ini.
Dalam konteks Indonesia, terlepas dari berbagai kekurangan atau kelebihan, upaya untuk memfasilitasi dan mengembangkan pembelajaran seperti ini tentu juga mutlak dilakukan. Sebab kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga telah merambah Indonesia tanpa terkecuali.
Jika kita bertanya, “Darimana kita bisa memulainya?”, maka jawabannya tentu saja dengan berusaha sebisa mungkin memfasilitasi pembelajaran di kelas-kelas kita dengan media-media yang menarik, edukatif, memudahkan dan tentu saja efektif. Setidaknya, dengan kadar literacy yang dimiliki terkait komputer dan teknologi informasi dan komunikasi, kita tidak akan terlalu tertinggal jauh dari kelas-kelas pembelajaran di negara lain.

Memahami Media Pembelajaran

Secara bahasa, kata “media” merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang salah satunya berarti alat untuk membawa gagasan (atau pesan) atau informasi (Microsoft Encarta, 2009). 
Dalam konteks komunikasi—karena pembelajaran terkait dengan komunikasi—“medium” didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima atau dari komunikator menuju komunikan.
Secara lebih detil pengertian media dapat dilihat dalam bagan berikut.

Sedangkan pengertian “pembelajaran” tergantung pada paradigma yang digunakan untuk mendefinisikan konsep “belajar”. Bagi kalangan behavioris, “belajar” terjadi ketika terdapat proses perubahan perilaku. “Pembelajaran”, oleh karena itu, merupakan upaya untuk mengubah perilaku peserta belajar dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Dalam paradigma kognitivisme, “belajar” merupakan proses yang memungkinkan perubahan keadaan “tidak tahu” menjadi “tahu”. Sehingga “pembelajaran” merupakan upaya untuk membuat peserta belajar mempersepsi dan memproses gagasan atau informasi sampai mendapatkan pemahaman mengenai apa yang dipelajari.
Bagi kalangan konstruktivis, “belajar” merupakan hasil konstruksi sendiri dari siswa (pebelajar) sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan belajar. “Pembelajaran” oleh karena itu adalah upaya memfasilitasi pebelajar supaya proses belajar terjadi seperti melalui metode scaffolding atau guiding. Dalam hal ini, guru menyiapkan tangga yang efektif namun siswa sendiri yang harus menaiki tangga tersebut supaya sampai di tujuannya (I.W. Santyasa, 2007:2).
Secara sederhana, perbandingan ketiga paradigma belajar dan pembelajaran dalam dilihat dalam bagan berikut.
 
 Tiga Paradigma “Belajar”
(Anne Jordan, et.al, 2008:55)
 Dalam model  yang “eklektik” proses belajar dapat dilihat seperti dalam bagan berikut.
 
 Terkait dengan berbagai pengertian “media pembelajaran” yang dimukakan para ahli dapat diringkaskan dalam bagan berikut ini.
 
 Pengertian “Media” Pembelajaran
(Badru Zaman et.al, 2010:2)
 
Seiring dengan berbagai definisi di atas, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang memiliki lima komponen: (1) guru (komunikator), (2) bahan pembelajaran, (3) media pembelajaran, (4) siswa (komunikan), dan (5) tujuan pembelajaran. Sehingga media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar (I.W. Santyasa, 2007:3).

 Posisi Media dalam Pembelajaran
(I.W.Santyasa, 2007:4)

 
Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran
(Badru Zaman et.al, 2010:1; I.W.Santyasa, 2007:4)
 Kenapa “Media Pembelajaran Dibutuhkan”?
                Menurut I.W. Santyasa, terdapat beberapa landasan kenapa media pembelajaran diperlukan, yakni landasan filosofis, psikologis, teknologis dan empiris. Secara filosofis, penggunaan media pembelajaran merupakan cara untuk mewujudkan pendidikan yang mampu menyentuh lebih banyak orang dan bisa memberikan pengetahuan dan kompetensi yang bermanfaat bagi kehidupan mereka.
  Landasan yang lebih terkait dengan konteks pembahasan ini adalah landasan psikologis (yang dalam hal ini termasuk di dalamnya landasan empiris), yakni terkait dengan bagaimana media pembelajaran akan menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran berdasarkan kajian dan penelitian atas pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis manusia.
   Secara umum, konsep yang menjadi patokan bagi ahli psikologi pendidikan terkait dengan proses pembelajaran adalah bahwa proses belajar akan lebih mudah bagi peserta belajar jika dilakukan  berdasarkan kontinum kongkrit - abstrak. Artinya, dalam konteks ini, semakin kongkrit media pembelajaran, akan semakin mudah terjadinya proses belajar.
   Pertama, Jerome S. Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya dipertimbangkan tahapan dari enactive process (secara langsung), dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) dan baru pada tingkat yang paling sulit belajar dengan menggunakan simbol (symbolic representation).  
 
 
 Kedua,  Edgar Dale membuat jenjang kongkrit-abstrak dalam bentuk kerucut pengalaman (Cone of Experience).






 
Secara teknologis, sesuai dengan definisi teknologi pendidikan, penggunaan media pembelajaran merupakan bagian dari  proses terintegrasi yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis dan memecahkan masalah, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola upaya pemecahan masalah tersebut dalam pembelajaran sehingga bisa mencapai tujuan dan terkontrol.  

Fixative Property
Manipulative Property
Distributive Property
menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian: obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya
media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau radio (sekarang internet/web)

Ciri dan Kelebihan Penggunaan Media
(Gerlach & Ely, 1971)
Sebagai kesimpulan dari bagian ini, dapat dinyatakan bahwa media pembelajaran sangat bermanfaat untuk pembelajaran. Secara rinci kegunaannya meliputi:
 Gain attention. A picture on the screen, a question on the board, or music playing as students enter the room all serve to get the student’s attention.
Recall prerequisites. Use media to help students recall what they learned in the last class, so that new material can be attached to and built upon it.
Present objectives to the learners. Hand out or project the day’s learning objectives.
Present new content. Not only can media help make new content more memorable, media can also help de­liver new content (a text, movie, or video).
Support learning through examples and visual elaboration. One of the biggest advantages of media is to bring the world into the classroom when it is not pos­sible to take the student into the world.
Elicit student response. Present information to stu­dents and pose questions to them, getting them involved in answering the questions.
Provide feedback. Media can be used to provide feed­back relating to a test or class exercise.
Enhance retention and transfer. Pictures enhance retention. Instructional media help students visualize a lesson and transfer abstract concepts into concrete, easier to remember objects.
Assess performance. Media is an excellent way to pose assessment questions for the class to answer, or students can submit mediated presentations as classroom projects.
   (FSU, 2011:104-105)


















No comments:

Post a Comment